Monday, January 09, 2012

Studio komputer yang tidak kelu tapi mungkin agak gelo...

Lab komputer adalah salah satu niche dari banyak niche di lantai empat labtek XI sebelah barat. Ruangan kira-kira berukuran 10 X 4 meter itu sedikit banyak telah melukis sejarah hidup sebagian teman-teman yang pernah bersemayam disana.

Berangkat dari rasa penasaran tentang sebuah terminologi yang disebut "jaringan komputer", sebagian mahasiswa memulai pengembaraanya di dunia maya dan nyata sekaligus. Apalagi saat itu jaringan komputer yang secara awam disebut sebagai internet, seakan masih menjadi teknologi eksklusif milik segelintir orang. Untuk mengakses internet, saat itu sangat terbatas pada beberapa terminal di perpus pusat. Itupun harus antri dengan nomor. Persis kontrol ke dokter kandungan. Tidak seperti sekarang, dimana berselancar di dunia maya cukup dengan tenaga seujung ruas jempol pada gadget terkini.

Rasa penasaran terhadap internet tentu khas gaya mahasiswa: ingin dapat ilmu sebanyak-banyaknya, tapi dengan modal sekecil-kecilnya alias gratisan :-). Tapi itu tidak masalah, karena toh seharusnya ilmu gratis-tis-tis. Hanya karena sistem pendidikan masa kini yang sudah salah dari sononya, ilmu menjadi mahal. Lebih mahal dari segelas kopi hasil fermentasi dalam pencernaan sekumpulan musang kebun: Luwak.

Apakah gratisan 100% ? Ah tidak juga yah.
Ada sebagian yang membayar ongkos belajar itu dengan rela mengembara diantara langit-langit labtek, berpeluh-keringat menarik-narik kabel kuning (yellow coaxial cable). Ada juga yang harus rela jadi tukang bobok tembok di musium "asinan ular" (Zoologi) agar kabel kuning itu bisa lewat. Dicereweti para dosen yang minta setting e-mail atau membasmi virus nakal dari komputernya sudah biasa. Begadang menunggu set-up server sudah pasti menjadi bagian dari pengembaraan itu. Cara hidup menjadi nokturnal, diiringi dengan perubahan fisiologis tertentu: mata berkantung, kumis-jenggot tumbuh lebih lebat, badan agak kurus dan sedikit sensitif dengan sinar matahari.

Adakah masa bersenang-senang ? Ah tentu saja ada !
Jaringan komputer adalah playground yang asyik dan mengagumkan. Disana terdapat penyaluran bakat (juga nafsu...) terpendam. Game jaringan dengan berbagai tingkat kesulitan, kegembiraan sekaligus kekejaman sempat menghiasi malam-malam di lab kom.
Nafsu membunuh disalurkan dengan berlagak menjadi anggota Navy seal atau pembunuh monster. Bakat main bola bermanifestasi menjadi bagian dari tim Tango virtual. Yang senang balapan namun tidak kesampaian berusaha menaikkan kadar adrenalin di tikungan sempit sirkuit a la Monaco. Yang berbakat jadi penguasa, bisa membuat negara virtual untuk bersahabat ataupun berperang dengan negara lain. Tertawa terbahak-bahak menyaksikan lawan terbantai atau menggebrak keyboard karena kalah oleh musuh adalah nuansa sebuah amusement center khas pelajar yang sensasinya mungkin hanya bisa ditandingi oleh Trans Studio Bandung.

Segala kegiatan hedonis itu secara sadar atapun setengah sadar juga diiringi dengan aktivitas berbagi. Software resmi atau agak resmi maupun murni bajakan berseliweran turut mencerdaskan kehidupan spesies lab kom. Berbagai metoda, tips dan trik menjadi wacana diskusi sehari-hari. Tidak ada yang merasa paling pintar. Yang ada adalah rasa puas bila bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Teknologi kompresi lagu, film dan gambar membuat aktivitas berbagi menjadi lebih seru. Server dengan domain .bi.itb.ac.id sempat menjadi perintis host film India yang fenomenal: Kuch Kuch Hota Hai. Saat format lagu mp3 mulai merebak, server jazz.bi.itb.ac.id menjadi salah satu host lagu-lagu jazz di kampus. Bagaimana dengan sharing gambar ? Ah, no-comment saja. Biarlah urusan gambar dan "foto" menjadi bagian masa lalu hormon usia muda yang penuh gejolak sensasi....

Studio komputer pernah memiliki dinamikanya sendiri. Tidur beralas kardus bekas monitor komputer, berbalutkan jaket himpunan yang lusuh, berbaring nyempil dibawah meja komputer menjadi kenangan dari perilaku ganjil yang sulit dilupakan. Tentu perilaku itu bukan dimaksud menjadi gelandangan. Namun lebih kepada kegilaan sesaat yang pada akhirnya menemukan jalannya untuk menjadi manusia yang lebih normal.

Apakah kegilaan itu masih ada ? Saya tidak tahu persis. Dunia (kampus) sudah berubah banyak. Tidak perlu mengulangi kegilaan yang sama dari masa lalu. Lagipula tiap generasi mempunyai masa depannya sendiri. Yang tidak boleh dilupakan adalah masa untuk berani mengekpresikan diri agar lidah tidak kelu-kaku dan membisu.

No comments: